GNOME itu Berat!
Di awal 2016 saya sebagai DE Hoppers (baca: penjelajah dan opreker DE) tujuannya untuk mencari lingkungan destop yang sesuai dengan kebutuhan. Akhirnya memilih GNOME sebagai lingkungan desktop utama mulai di pertengahan 2018.
Sebelumnya, berbagai lingkungan destop (Desktop Environment) dan manajer jendela (Window manager) sudah pernah saya pakai. Diantaranya GNOME, Xfce, Mate, Cinnamon, KDE, Lxde, Lxqt, dan Nomad. Pernah juga memakai i3wm, dwm dan bspwm. Terakhir kali menggunakan bspwm karena suka dengan tilingnya, kostumisasi dan polybarnya yang indah ( bspwm-dotfiles ). Sekitar 8 bulan kemudian memakai GNOME lagi.
Mengapa pakai GNOME, bukannya pakai WM lebih ringan? Mari kita simak alasannya.
Banyak distribusi yang menyediakan GNOME
GNOME merupakan lingkungan destop yang tersedia di banyak distribusi mirip Unix maupun di BSD. Jadi GNOME merupakan lingkungan destop yang universal.
Handal dan stabil
Banyak distribusi yang menggunakan GNOME sebagai lingkungan destop bakunya. Hal ini sudah pasti GNOME dipercayai sebagai lingkungan destop yang kuat dan stabil. Apalagi distribusi seperti RedHat dan Ubuntu menjadikannya sebagai lingkungan destop utama.
Tampilan yang bersih dan dekorasi yang minimal
Tampilan GNOME yang bersih dan mudah ditebak. Pengalaman pengguna yang pas dan pastinya pengguna baru tidaklah sulit untuk memakai GNOME.
Benar-benar minimalis sampai UI yang tidak diperlukan itu dinonakifkan, jika perlu dihapus.
Misalnya di GNOME 3 mengapa tidak ada tombol minimize? karena pada tombol
minimize digunakan jika ada panel bawah, padahal di GNOME 3 tidak memilikinya.
Andai punya panel bawah pasti pengguna harus menggeser tetikus/touchpad-nya ke
arah jendela lainnya. Padahal dengan menekan tombol super
, jendela aplikasi
akan terbuka. Terlalu lama hanya sekedar untuk minimize, lebih baik
dinonaktifkan.
Lagi, mengapa tidak ada tombol layar penuh (fulscreen)?, karena di titlebar jika diklik dua kali sudah bisa layar penuh tanpa menggeser kursor ke tombol pojokan. Mudah dan sederhana.
Kebutuhan saya tercukupi dengan aplikasi GNOME
Banyak aplikasi GNOME Gtk3+ yang memudahkan penggunanya. Seperti epiphany untuk penjelajah web, evince untuk pembuka dokumen pdf, brasero untuk pembakar optik DVD, fragment untuk pengunduh berkas torrent, totem dan rhythmbox untuk pemutar berkas multimedia.
Belum lagi cheese untuk kamera, deja-dup untuk pencadangan data, drawing untuk menggambar sederhana, poscast untuk mengunduh dan mendengarkan podcast, feedreader untuk membaca RSS, dan recipes untuk mencari resep masakan.
Aplikasi komunikasi seperti empathy untuk perpesanan, evolution untuk pembuka surel, fractal untuk perpesanan matrix, dan polari untuk klien IRC.
Aplikasi grafis gthumb untuk pembuka gambar, glade untuk mendesain UI aplikasi, builder untuk membangun aplikasi dan masih banyak lagi.
Jika dibahas satu-persatu pasti panjang tetapi bukan ranah artikel ini. Belum lagi aplikasi tak resmi GNOME dari GTK3+.

Kaya dengan ekstensi dan tema
GNOME menyediakan ekstensi untuk mempercepat alur kerja dengan GNOME Extensions dan GNOME Look untuk merubah tampilan GNOME.
Tetapi untuk GNOME yang saya gunakan, bersih tanpa ekstensi dan tema tambahan. Mengapa? karena dengan menonaktifkan ekstensi dan tema merupakan cara untuk mengurangi penggunaan daya RAM. Bahkan saya nonaktifkan semua ekstensi gnome-shell-nya. Kalau untuk tema tetap menggunakan Adwaita, karena Adwaita lebih minimalis dan bawaannya GNOME.
Mudah mencadangkan data dengan deja-dup
Salah satu aplikasi favorit yaitu deja-dup. Fungsinya untuk mencadangkan data baik secara daring maupun luring. Data ini bukan yang tampak saja seperti direktori dokumen, gambar, video, musik, dan di destop. Tetapi dengan deja-dup akan mencadangkan data seperti autentifikasi akun, surel, konfigurasi dConf, SSH, gnuPG, catatan, sejarah, dan berkas tersembunyi. Jadi, dengan deja-dup hanya dengan sekali klik data akan sinkronisasi secara otomatis dan terenkripsi. Mana mungkin mencadangkan direktori satu-persatu secara manual. Pastinya dengan deja-dup lebih mudah dan aman.
Autentifikasi akun
Fitur andalan lainnya yaitu akun daring. Dengan akun daring pekerjaan jadi lebih mudah. Sebab kalender, surel, notifikasi acara, catatan, pencadangan, dan kata sandi sudah sinkron otomatis. Setelah masuk dengan akun daring, misalnya evolution sebagai pembuka surel akan terdeteksi otomatis. jika menggunakan google drive nautilus juga mendeteksi secara otimatis. Ya memang benar, semuanya sudah terintegrasi. Jadi membuka surel tak perlu lagi membuka di penjelajah web, cukup klik evolution selesai sudah.
Mudah menyambungkan tampilan ke monitor atau proyektor
Dengan GNOME mudah mendeteksi resolusi layar. Ya, umumnya menggunakan Super+p kemudian memilih mode tampilan.
Adanya fitur tampilan dinamis
Fitur ini menarik, karena membuat layar kerja lebih fleksibel. Cukup dengan Ctrl+Alt+↑/↓ layar bisa berpindah tempat, atau memindahkan jendela aktif dengan Ctrl+Shift+Alt+↑/↓</ kbd>.
Faktanya!
GNOME merupakan lingkungan destop dengan berbagai fitur yang memudahkan penggunanya seperti yang sudah saya sebutkan diatas. Faktanya semakin banyak fitur maka semakin banyak aplikasi yang berjalan di atar belakang, hal ini menyebabkan penggunaan daya yang kurang bersahabat. Apalagi dengan pemakaian RAM lebih dari 25% sudah dikatakan berat, khususnya untuk orang Indonesia.
Padahal GNOME tidak terlalu berat juga. RAM yang digunakan sekitar 775 MiB dari 4GB, kurang dari 20% ketika idle.
free
total used free shared buff/cache available
Mem: 3851 775 2050 251 1025 2580
Swap: 15258 0 15258
Dengan ps_mem, pemakaian sekitar 790.5 MiB
sudo ps_mem
Private + Shared = RAM used Program
360.0 KiB + 46.5 KiB = 406.5 KiB rtkit-daemon
380.0 KiB + 46.5 KiB = 426.5 KiB lvmetad
804.0 KiB + 69.5 KiB = 873.5 KiB gsd-screensaver-proxy
772.0 KiB + 110.5 KiB = 882.5 KiB gvfsd-metadata
952.0 KiB + 75.5 KiB = 1.0 MiB gvfs-mtp-volume-monitor
...
...
...
19.9 MiB + 1.6 MiB = 21.5 MiB tracker-miner-fs
14.7 MiB + 9.7 MiB = 24.4 MiB evolution-alarm-notify
32.6 MiB + 3.3 MiB = 35.9 MiB systemd-journald
33.9 MiB + 7.0 MiB = 40.9 MiB goa-daemon
64.6 MiB + 35.9 MiB = 100.5 MiB Xorg (2)
194.0 MiB + 36.5 MiB = 230.5 MiB gnome-shell (2)
---------------------------------
790.5 MiB
=================================
Tes lain yang sederhana yaitu membuka banyak aplikasi bersamaan. Ternyata CPU saya masih tenang dan grafiknya masih wajar. Jadi saya semakin optimis untuk menggunakan GNOME.
CPU yang saya gunakan keluaran intel SandyBridge generasi 2, bisa dikatakan jadul. Padahal saat ini generasi 10 sudah rilis.
Sebagai pengguna GNOME biasa
Sampai di sebuah titik dimana saya sebagai pengguna GNOME biasa harus memperkenalkan aplikasi GNOME dan GTK lainnya kepada teman, rekan, dan pengguna GNU/Linux lainnya. Alhasil saya meremaster distro Manjaro dengan lingkungan dektop GNOME yang bersih dan penuh dengan aplikasi GNOME, sebut saja Manjaro-X .
Kesimpulan
Jika memilih fitur dan kemudahan, maka GNOME lebih tepat digunakan. Terlebih banyak aplikasi GNOME yang sudah siap untuk medukung aktifitas sehari-hari.
Sebaliknya, jika memilih lingkungan destop yang ringan, maka pilih DE selain GNOME, misalnya XFCE. Namun, saya secara pribadi enggan mengutamakan DE yang ringan karena bisa saja akan mempersulit aktifitas lainnya.
Perlu diingat semakin minim fitur maka semakin ringan, semakin banyak fitur sudah tentu berat. Pastinya dengan banyak fitur akan memudahkan aktifitas penggunanya. Jadi, pilihlah dengan bijak sesuai kebutuhan dan spesifikasi mesin.
Sepertinya sudah cukup tulisannya. itu tadi sedikit ulasan tentang GNOME. Jika kawan-kawan mempunyai pertanyaan, saran, dan kritikan silahkan komentar di akun telegram atau instagram @hervyqa . Sekian, semoga tulisan ini bermanfaat untuk pembaca semuanya. Aamiin.
Artikel lainnya
Cara Memasang R dan RStudio Di NixOS
Bahasa pemrograman R lebih dikenal sebagai bahasa pemrograman untuk statistika dan visualisasi grafis. Dibuat oleh Ross Ihaka dan Robert Gentleman di Universitas Auckland, dan sekarang dikembangkan oleh R Development Core Team.
Cara Memasang Jupyter Notebook Di NixOS
Jupyter Notebook yang sebelumnya dikenal sebagai IPython Notebook merupakan antarmuka berbasis web dari python untuk menjalankan serangkaian perintah pertahap.
Cara Memasang Zotero dan Plugin LibreOffice Di NixOS
Zotero merupakan salah satu perangkat lunak pengolah daftar bibliografi yang wajib dimiliki oleh pelajar, mahasiswa dan tenaga pendidik.